Pemprov Jawa Tengah tahun ini telah mengalokasikan dana sebesar Rp 44 miliar untuk sektor pertanian. Dalam pemanfaatannya, uang ini akan digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang mendukung sektor pertanian seperti perbaikan saluran irigasi, pendampingan petani, serta membantu penyediaan alat-alat pertanian.
Gubernur jateng Bibit Waluyo mengatakan, Kucuran dana tersebut dimungkinkan masih akan ditambah sesuai dengan kebutuhan.
"Saya pun masih akan berupaya mencari investasi agar ada tambahan dana yang mengalir masuk bagi sektor pertanian, di luar alokasi dana dari APBD dan APBN," ujarnya, dalam acara panen pi sang jenis raja bulu di Kebun Benih Hortikultura di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.
Sektor pertanian perlu didukung karena menjadi menjadi andalan bagi Provinsi Jawa Tengah. Di luar masalah bantuan dana, perkembangan di sektor ini pun perlu didukung oleh kerjasama sinergis antara pemerintah dan petani. Diantaranya hal ini diantaranya dapat diwujudkan dengan publikasi temuan benih-benih unggulan secara langsung dan meluas kepada petani.
Setiap camat, kepala desa dan kelurahan harus diundang untuk melihat benih unggulan yang telah diuji dan berhasil tumbuh dengan baik, sehingga pada tahap selanjutnya, benih ini pun dapat disosialisasikan ke warga desa lainnya. "Dengan begitu, pengembangan benih pun dapat dilaksanakan meluas dan tidak hanya berhenti di kebun atau balai benih semata," ujarnya.
Segenap petugas di unit pelaksana tugas (UPT) kebun atau balai benih diharap sigap untuk mengembangkan benih baru di masyarakat. Sebab, dengan cara inilah, ilmu dan penelitian yang telah mereka pelajari dengan sungguh-sungguh, dapat benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.
Di satu sisi, Bibit juga mengingatkan petani agar tidak malas. Mereka diimbau untuk tidak pernah jemu mencoba untuk mengembangkan varietas unggulan, menjaga kesuburan tanah serta menjaga sumber-sumber air yang menghidupi tanaman.
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah Aris Budiono mengatakan di Jawa Tengah sendiri terdapat balai benih hortikultura, delapan balai benih padi, dan enam balai benih palawija. Dalam pengembangan s etiap komoditas tersebut, balai benih dan dinas sendiri sudah berupaya menjalin kerjasama dengan pihak lain. Se perti pada tahun 2008, dilakukan kerjasama dengan Pusat Kajian Buah Tropika Institut Pertanian Bogor untuk mengembangkan pisang, nanas, pepaya, dan manggis.
Menurut dia, Jawa Tengah memang telah ditunjuk sebagai sentra pengembangan hortikultura dan beberapa kawasan di dalamnya ditetapkan sebagai kawasan pendamping intensif. Diantaranya, Magelang ditetapkan sebagai kawasan pendamping intensif untuk salak, Karanganyar untuk melon, dan bawang merah di Brebes.
Pasar induk
Untuk mendukung pemasaran hasil pertanian, Bibit mengatakan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tahun ini juga sudah mengalokasikan anggaran Rp 30 miliar untuk membangun sebuah pasar induk di Semarang.
"Segala hasil pertanian dari seluruh Jawa Tengah nantinya bisa ditampung dan diperdagangkan di pasar induk tersebut," ujarnya.
Pasar induk ini nantinya akan didirikan di tanah di kawasan Mesjid Agung Semarang. Rencana pendirian pasar induk ini juga sudah disetujui oleh Departemen Agama.
Selain itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah saat ini berencana menandatangani perjanjian kerjasama dengan investor dari Australia, terkait dengan rencana pendirian rumah potong hewan terbesar di dunia di Kendal.
Bahkan, saat ini, kami sudah diminta untuk menyediakan populasi hewan yang akan dipotong dengan melakukan inseminasi buatan pada 350.000 ekor sapi berkualitas unggul, ujarnya. Kerjasama tersebut akan segera direalisasikan pada tahun ini.
0 comments:
Post a Comment